Ceritanya tadi habis masak mie goreng setelah sekian lama udah nggak pernah masak dan makan mie. Terus sewaktu lagi masak, aku jadi keingat sama masa-masa sewaktu masih kuliah. Iya, waktu makrab pertama kali bareng teman-teman sekelas.
Jadi sewaktu awal-awal masuk kuliah itu aku jarang banget masak dan makan mie karena emang nggak ada tempat masaknya. Sebenarnya ada dapur di setiap lantai asrama, tapi rasanya tuh males masak di sana karena tempatnya yang dekat dengan ruang tv, dan biasanya di sana bakal rame baget sama anak-anak asrama yang lain. Jadi aku males ketemu banyak orang gitu *lah ansos. Dan ya jadinya pengalaman pertama masak mie di Bandung itu ya semasa makrab itu.
Sebenarnya aku lupa gimana kejadian pastinya, tapi sekilas yang aku ingat itu, entah kenapa tiba-tiba temanku minta tolong dimasakin mie dan kebetulannya yang lagi berdiri di depan kompor itu aku. Dan aku mau dimintain tolong begitu. Nggak tau juga apa alasannya kenapa aku mau padahal kami itu bukan teman deket meskipun sering main bareng, tapi intinya aku mau. Dan keadaan kami yang nggak deket itu malah bikin aku jadi hati-hati banget sewaktu masak mie itu. Dari yang awalnya aku kalau masak mie asal jadi, waktu itu jadi benar-benar serius dan ditungguin, sampai pakai diukur benar-benar tingkat kematangannya segala. Dan singkat cerita, sewaktu mie gorengnya itu udah jadi dia langsung bilang terima kasih tapi ditambahin kalimat yang mengatakan kalau masakan aku itu enak karena dibuat pakai cinta *halah* yang bikin seisi dapur ketawa.
Tapi dari situ aku belajar sih, yang ternyata malah kebawa-bawa sampai sekarang. Tentang sesuatu yang sekecil apapun itu atau meskipun sebenarnya biasa aja dan tidak berarti apa-apa itu sebaiknya tetap harus kita beri apresiasi. Karena rasanya diberi apresiasi begitu tuh aku seneng, walaupun aku tahu sebenarnya mie goreng instan ya rasanya begitu-begitu aja, standard. Dan juga tentang hal-hal yang sederhana, yang kayaknya nggak ada spesial-spesialnya sewaktu dulu ternyata bisa bikin kangen kalau udah berlalu.
Duh, aku jadi kangen temen-temen kuliah kan... hiks.
Sebenarnya aku lupa gimana kejadian pastinya, tapi sekilas yang aku ingat itu, entah kenapa tiba-tiba temanku minta tolong dimasakin mie dan kebetulannya yang lagi berdiri di depan kompor itu aku. Dan aku mau dimintain tolong begitu. Nggak tau juga apa alasannya kenapa aku mau padahal kami itu bukan teman deket meskipun sering main bareng, tapi intinya aku mau. Dan keadaan kami yang nggak deket itu malah bikin aku jadi hati-hati banget sewaktu masak mie itu. Dari yang awalnya aku kalau masak mie asal jadi, waktu itu jadi benar-benar serius dan ditungguin, sampai pakai diukur benar-benar tingkat kematangannya segala. Dan singkat cerita, sewaktu mie gorengnya itu udah jadi dia langsung bilang terima kasih tapi ditambahin kalimat yang mengatakan kalau masakan aku itu enak karena dibuat pakai cinta *halah* yang bikin seisi dapur ketawa.
Tapi dari situ aku belajar sih, yang ternyata malah kebawa-bawa sampai sekarang. Tentang sesuatu yang sekecil apapun itu atau meskipun sebenarnya biasa aja dan tidak berarti apa-apa itu sebaiknya tetap harus kita beri apresiasi. Karena rasanya diberi apresiasi begitu tuh aku seneng, walaupun aku tahu sebenarnya mie goreng instan ya rasanya begitu-begitu aja, standard. Dan juga tentang hal-hal yang sederhana, yang kayaknya nggak ada spesial-spesialnya sewaktu dulu ternyata bisa bikin kangen kalau udah berlalu.
Duh, aku jadi kangen temen-temen kuliah kan... hiks.