"Ada dua kenikmatan yang banyak manusia tertipu, yaitu nikmat sehat dan waktu senggang."
- HR. Bukhari No. 6412, Dari Ibnu 'Abbas.
Saat sedang iseng-isengnya membuka-buka situs youtube untuk mencari beberapa kajian ringan di sunyinya suasana sore itu, tiba-tiba pandangan saya terhenti pada sebuah potongan video kajian yang dibawakan oleh Ustad Syafiq Reza Basalamah. Judulnya, "dua nikmat yang sering dilupakan oleh manusia". Dalam hati saya, wah, ini saya banget.
Hari ini memang sedang tidak ada kegiatan berat, hanya beberapa kegiatan ringan. Pagi tadi saya memutuskan untuk izin ke salah satu HRD untuk tidak masuk kantor karena kondisi tubuh saya yang sedang kurang fit. Kepala saya terasa cukup berat dengan kondisi perut yang juga sepertinya kurang bersahabat, melilit-cenut-cenut gitu. Sempat memaksakan diri untuk berangkat ke kantor, namun qodarullah harus dibatalkan karena tiba-tiba saya jatuh terduduk padahal baru berniat untuk mengambil handuk, yang membuat saya berpikir bahwa, ya Allah, sungguh, betapa kesehatan adalah nikmat yang besarnya tak ternilai, yang terkadang sering terlupakan.
Semenit-duamenit, setelah duduk termenung sembari beristighfar, saya memutuskan untuk meneguk beberapa air putih untuk membatalkan puasa yang sudah saya niatkan semalam (ini juga salah satu kesalahan saya, menunda-nuda untuk membayar hutang puasa, mengira bahwa saya masih memiliki banyak waktu, padahal di satu bulan terakhir ini justru banyak kendala yang mengharuskan saya untuk membatalkan niat berpuasa). Sejenak, saya memutar kembali waktu dalam pikiran saya. Ke dua puluh empat jam sebelumnya, di hari Ahad. Hari yang mungkin menjadi penyebab ketidakenakan kondisi tubuh saya hari ini.
Seperti hari-hari Ahad sebelumnya, biasanya hari Ahad ini saya khususkan untuk melakukan me-time. Biasanya saya menghabiskan waktu me-time tersebut dengan menuntaskan bacaan-bacaan yang belum sempat terselesaikan, membaca buku fiksi, atau menonton episode detective conan yang entah sudah berapa ratus jumlahnya. Biasanya saya tidak akan keluar kamar seharian, atau hanya menyempatkan diri keluar kamar untuk membeli makan. Dan saat itu, saya ingat sekali, bahwa malam sebelumnya saya belum sempat makan malam, sehingga perut saya terasa agak sakit.
Namun karena kemalasan saya yang (Astaghfirullah) memang tidak ada duanya, saya pun memutuskan untuk merapel jadwal sarapan dengan makan siang, karena sebagaimana seorang introver, saat itu saya sedang malas berinteraksi dengan orang lain--melupakan sejenak kondisi perut saya yang sudah sakit. Saya membaca buku hingga adzan Dhuhur berkumandang. Setelah menunaikan kewajiban, saya meraih ponsel yang tergeletak begitu saja di atas kasur, mengecek waktu yang tertera: pukul 12.21. Saya ingat sekali itu, karena saat itu saya memutuskan untuk memasang alarm 45 menit setelahnya, karena rasanya mata saya terasa agak berat. Mungkin karena terlalu lama membaca buku sambil tiduran. Dan sekali lagi, karena merasa masih memiliki waktu, saya pun memutuskan untuk tidur sejenak.
Memang ya, kejadian itu hanya Allah yang tahu. Manusia tidak akan sanggup dan tidak akan memiliki kuasa meskipun itu hanya soal menerka-nerka. Karena kesoktahuan saya itu, 45 menit setelahnya saya terbangun. Namun Subhanallah, Allahumma Shoyyiban Nafi'aan, di luar sana sedang turun hujan yang sangat lebat. Padahal, waktu saya mau tidur tadi cuaca langit masih sangat terang-terangnya. Mana tahu saya akan turun hujan selebat ini. Dan hujan pun baru berhenti pada sore harinya, setelah jam-jam selesai sholat Ashar, dengan kondisi perut saya yang sudah berdemo meminta pertanggungjawaban dari perbuatan saya itu. Duh, sepertinya saya sudah mendzalimi diri saya sendiri..
Semoga Allah mau mengampuni kesalahan saya yang lalai ini. Dan semoga hal ini dapat dijadikan pelajaran untuk saya, dan teman-teman semua, bahwa sejatinya kita tidak boleh sombong dengan merasa bahwa masih memiliki banyak waktu, dan harus banyak-banyak mensyukuri nikmat yang telah Allah berikan kepada kita, salah satunya adalah nikmat kesehatan itu sendiri.
Dan semoga Allah menjadikan kita semua sebagai pribadi yang kuat, yang mampu bersabar atas berbagai hal yang terjadi. Aamiin.
Jakarta, 9 April 2018;
Ditulis saat hujan kembali turun dengan lebatnya;
Saat perut dan kepala saya sudah terasa mendingan,
akibat dari kelalaian dan kesombongan saya di hari sebelumnya.