Namun perasaan itu adalah tanda akan hal yang kita anggap berharga.
Kesedihan itu perlu diungkapkan, perlu diberi ruang dan waktu, untuk kita alirkan.
Di sana, Allah memberi pelajaran untuk kita.
Mengungkapkan kesedihan itu bisa beragam ekspresinya;
murung, menangis, meraung, ataupun diam.
Ada pula yang tidak mau mengakui kesedihannya, berpura-pura kuat.
Namun jiwa kita punya cara untuk memberi tanda kesedihan pada diri kita.
Kesedihan itu akan berubah menjadi perilaku yang sulit kita kendalikan.
Entah itu kecanduan game, merokok, narkoba, kelebihan berat badan, anoreksia, insomnia, mudah marah, tidak bisa marah, dan berbagai perilaku lainnya yang sulit kita kendalikan.
Semua gejala itu adalah cara jiwa kita membisikkan kepada diri kita, bahwa ada kesedihan yang kita pendam, yang tak mau kita akui.
Maka dari itu, saat kita merasa sedih, beri perasaan itu ruang dan waktu untuk terekspresikan.
Seringkali perasaan itu hadir saat kita merasa kehilangan, ditinggalkan, tak berharga, tak ada gunanya.
Perasaan sedih itu hadir, untuk mengingatkan bahwa ada Dia yang selalu ada, dan tak pernah pergi.
Ada Dia yang masih memberi kita kesempatan untuk hidup, untuk menjadi berharga, dan untuk menjadi berguna.
Jakarta, 10 April 2018; 09.40
Ditulis saat suasana kantor masih sepi;
diiringi dengan ost. Dilan yang diputar kencang-kencang oleh seseorang;
direpost dari storygram milik Nida yang telah diubah sana-sini;
tanpa mengurangi maksud dan makna yang disampaikan;