Beberapa
waktu yang lalu, sekitar dua bulan lamanya aku mengalami yang namanya
masa-masa praktek kerja industri atau yang biasa disingkat dengan
sebutan prakerin/pe-ka-el seperti murid-murid SMK pada umumnya. Hanya
saja, yang membuat beda adalah tempat prakerin yang sama sekali asing
buat aku. Kudus. Kota yang dikenal dengan suasananya yang masih
sangat-sangat-sangat religius. Kota yang penuh dengan anak-anak
pesantren. Dan tentu saja kota yang merupakan tempat dimana salah satu
wali songo pernah tinggal di situ, Sunan Kudus.
Kalau dipikir-pikir, sebenarnya aku juga heran kenapa aku bisa memilih Kudus sebagai lokasi prakerin. Pernah ke sana? Enggak. Punya saudara di sana? Enggak. Punya kenalan di sana? Juga enggak. Awalnya sih karena kapasitas lokasi Purwokerto yang terbatas, hingga akhirnya sekolah memutuskan untuk menolak beberapa peminat lokasi Purwokerto, ya termasuk aku ini. Sempat terpikir buat nunggu pengumuman Bandung. Kebetulan, lokasi Garut berbarengan dengan Bandung. Dan peminatnya juga baru dua orang. Tapi apa daya, karena sudah terlanjur was-was dan Bandung belum mengeluarkan pengumuman, alhasil aku positif prakerin di Kudus.
Ada penyesalan? Sebenarnya ada dan lumayan banyak. Yang pertama, karena Purwokerto membuka lokasi lain walaupun berbanding terbalik dengan jurusanku. Kedua, karena ternyata di Kudus, lokasi prakerinku satu jalur dengan lokasi yang di Purwokerto, sama sekali tidak ada hubungannya dengan jurusanku. Ketiga, karena Kudus itu ternyata jauh, sangat jauh dibandingkan dengan Garut yang lumayan dekat dengan Cirebon. Berhubung aku punya banyak saudara di Cirebon, jadi seenggaknya sabtu dan minggu aku bisa mampir, hehehe. Dan yang keempat, karena nggak tau kenapa rasanya nggak bisa jauh dari keluarga. Padahal kalau dipikir-pikir lagi, kalau aku kuliah bukannya bakal jauh dari keluarga ya (?)
Oh ya, selain keempat alasan di atas, ada satu alasan lagi yang membuatku sedikit tidak betah di Kudus. Tahu kan ya kalau semboyan kota Kudus adalah Kota Kretek. Kota Rokok. Ya memang benar, sejauh mata memandang, iklan-iklan yang terpajang adalah iklan Rokok. Berbagai macam rokok ada di sini. Pabrik-pabrik besar juga merupakan pabrik rokok. Dan parahnya lagi, pegawai-pegawai di lokasi prakerinku adalah perokok aktif. Terkecuali untuk yang perempuan ya. Pokoknya, diruangan yang ber-AC dan dingin itu penuh dengan asap-asap rokok yang bebas berterbangan. Bisa terbayang kan bagaimana rasanya? Padahal perokok pasif itu lebih banyak mendapatkan kerugian dibandingkan dengan perokok aktif. Benar-benar sesak deh pokoknya!
But, aku cukup senang di Kudus. Rumah kosku dekat dengan masjid, sangat dekat. Bahkan ada lebih dari satu masjid. Pokoknya sampai-sampai aku bingung deh kalau mau menyempatkan diri untuk sholat di Masjid. Habis, banyak banget sih. Trus, buat mengisi waktu luang sabtu-minggu, aku sempet berkunjung ke makam sunan Kudus sama sunan Muria. Yang bikin berkesan sih waktu berkunjung ke sunan Muria. Soalnya butuh perjuangan yang berat buat sampai ke sunan Muria itu. Berhubung handphone batrenya mulai melemah, jadi aku nggak sempet mengabadikan suasana makam sunan Kudus sama sunan Muria. Tapi setelah tanya-tanya ke mbah google, aku dikasih foto menara Kudus dengan gratis :
Kalau dipikir-pikir, sebenarnya aku juga heran kenapa aku bisa memilih Kudus sebagai lokasi prakerin. Pernah ke sana? Enggak. Punya saudara di sana? Enggak. Punya kenalan di sana? Juga enggak. Awalnya sih karena kapasitas lokasi Purwokerto yang terbatas, hingga akhirnya sekolah memutuskan untuk menolak beberapa peminat lokasi Purwokerto, ya termasuk aku ini. Sempat terpikir buat nunggu pengumuman Bandung. Kebetulan, lokasi Garut berbarengan dengan Bandung. Dan peminatnya juga baru dua orang. Tapi apa daya, karena sudah terlanjur was-was dan Bandung belum mengeluarkan pengumuman, alhasil aku positif prakerin di Kudus.
Ada penyesalan? Sebenarnya ada dan lumayan banyak. Yang pertama, karena Purwokerto membuka lokasi lain walaupun berbanding terbalik dengan jurusanku. Kedua, karena ternyata di Kudus, lokasi prakerinku satu jalur dengan lokasi yang di Purwokerto, sama sekali tidak ada hubungannya dengan jurusanku. Ketiga, karena Kudus itu ternyata jauh, sangat jauh dibandingkan dengan Garut yang lumayan dekat dengan Cirebon. Berhubung aku punya banyak saudara di Cirebon, jadi seenggaknya sabtu dan minggu aku bisa mampir, hehehe. Dan yang keempat, karena nggak tau kenapa rasanya nggak bisa jauh dari keluarga. Padahal kalau dipikir-pikir lagi, kalau aku kuliah bukannya bakal jauh dari keluarga ya (?)
Oh ya, selain keempat alasan di atas, ada satu alasan lagi yang membuatku sedikit tidak betah di Kudus. Tahu kan ya kalau semboyan kota Kudus adalah Kota Kretek. Kota Rokok. Ya memang benar, sejauh mata memandang, iklan-iklan yang terpajang adalah iklan Rokok. Berbagai macam rokok ada di sini. Pabrik-pabrik besar juga merupakan pabrik rokok. Dan parahnya lagi, pegawai-pegawai di lokasi prakerinku adalah perokok aktif. Terkecuali untuk yang perempuan ya. Pokoknya, diruangan yang ber-AC dan dingin itu penuh dengan asap-asap rokok yang bebas berterbangan. Bisa terbayang kan bagaimana rasanya? Padahal perokok pasif itu lebih banyak mendapatkan kerugian dibandingkan dengan perokok aktif. Benar-benar sesak deh pokoknya!
But, aku cukup senang di Kudus. Rumah kosku dekat dengan masjid, sangat dekat. Bahkan ada lebih dari satu masjid. Pokoknya sampai-sampai aku bingung deh kalau mau menyempatkan diri untuk sholat di Masjid. Habis, banyak banget sih. Trus, buat mengisi waktu luang sabtu-minggu, aku sempet berkunjung ke makam sunan Kudus sama sunan Muria. Yang bikin berkesan sih waktu berkunjung ke sunan Muria. Soalnya butuh perjuangan yang berat buat sampai ke sunan Muria itu. Berhubung handphone batrenya mulai melemah, jadi aku nggak sempet mengabadikan suasana makam sunan Kudus sama sunan Muria. Tapi setelah tanya-tanya ke mbah google, aku dikasih foto menara Kudus dengan gratis :
Panjang
banget ya ceritanya? Hehe. Intinya sih, biar banyak alasan yang membuat
aku sedikit tidak betah dan tidak tenang di Kudus, ada banyak hal baru
yang aku dapetin di sana. Mungkin nggak akan pernah aku dapetin kalau
aku nggak prakerin di Kudus. Selalu ada banyak hikmah dibalik suatu
kejadian. So, apapun yang terjadi sama kalian walaupun itu berbanding
terbalik dengan keinginan kalian, jalanin aja apa adanya. Allah pasti
ngasih yang terbaik buat kita kok. Fighting! :)